CEDERA DAPAT
MENGGANGGU AKTIVITAS
Dibuat guna memenuhi tugas matakuliah Kesehatan Olahraga
Disusun oleh :
SYARIF HIDAYAT
12601244140
PJKR E 2012
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Olahraga merupakan
aktivitas fisik yang membutuhkan tenaga dan semangat untuk melakukannya. Dengan
berolaraga tubuh menjadi sehat dan bugar sehingga terhindar dari berbagai
penyakit. Seseorang yang rutin berolahraga akan terhindar dari berbagai
penyakit dan badan menjadi bugar.
Orang yang
rutin berolahraga memiliki daya tahan tubuh atau sistem imun yang baik, dibandingkan
dengan orang yang jarang berolahraga. Sehingga terhindar dari berbagai penyakit
yang dapat menyerang tubuh kapanpun. Untuk itu kita harus menjaga kondisi tubuh
agar tetap bugar.
Dengan
berolahraga dapat menghilangkan rasa malas dan menjadikan tubuh menjadi bugar.
Ketika tubuh bugar dalam melakukan aktivitas sehari – hari, seperti : bekerja,
belajar dan sekolah menjadi ringan dan mudah.
Dalam dunia olahraga
kita tentunya mengenal yang namanya cedera. Cedera merupakan musuh yang
menakutkan bagi para olahragawan. Karena setiap olahragawan atau atlit dapat
menderita cedera yang diakibatkan oleh pergerakan yang salah pada saat bermain
atau berolahraga.
Pada saat
berolahraga atau bermain kita harus hati – hati, agar tidak terjadi salah
gerakan yang mengakibatkan cedera. Cedera ada 2 jenis yaitu : cedera ringan dan
cedera berat. Cedera ringan yaitu cedera yang membutuhkan waktu penyembuhan
sebentar, sedangkan cedera berat yaitu cedera yang membutuhkan waktu
penyembuhan cukup lama dibandingkan dengan cedera ringan.
Cedera olahraga
merupakan segala bentuk kegiatan melampaui batas ambang kemampuan tubuh sebagai
akibat berolahraga. Secara fisiologi cedera olahraga terjadi akibat ketidak
seimbangan antara beban kerja dengan kemampuan jaringan tubuh yang melakukan
aktivitas olahraga. Pada umumnya penyebab terjadinya cedera olahraga antara
lain karena kurang pemanasan, melakukan smash yang salah, memaksakan kondisi tubuh
melampaui batas ambang kemampuan tubuh sebelum berolahraga terutama pada jelang
pertandingan yang menuntut banyak gerakan eksplosif.
Menurut wibowo
(1995) dalam jamal (2009:1) “Cedera olahraga (sport injury) yaitu segala macam
cedera yang timbul, baik pada waktu latihan maupun pada waktu berolahraga
(pertandingan) ataupun sesudah pertandingan”. Yang biasa terkena adalah tulang,
otot, tendo serta ligamentum. Dengan demikian pengetahuan tentang cedera
olahraga berguna untuk mempelajari cara terjadinya cedera olahraga
mengobati/menolong/menanggulangi (kuratif) serta tindakan preventif
(pencegahan).
Biasanya cara
yang efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa jenis
cedera dan mengenalai bagaimana tubuh kita memberi respon terhadap cedera
tersebut. Hal itu juga, dapat memahami tubuh sehingga kita dapat mengetahui apa
yang harus dilakukan unuk mencegah terjadinya cedera, Untuk mendeteksi suatu
cedera agar tidak menjadi lebih parah, yang dilakukan adalah dengan diberi penanganan
secara profesionalannya.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diuraikan
pembahasannya sebagai rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa
itu cedera dan penyebabnya ?
2.
Apa
gejala cedera ?
3.
Apa
saja jenis cedera dan carapenanganannya cedera ?
C.
Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca
tentang pengertian cedera, pencegahan cedera dan penyembuhancedera. Agar
seseorang dapat meminimalisir terjadinya cedera dan tahu menangani sedera.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Cedera Dan Penyebabnya
Olahraga dekat kaitannya dengan cedera, terutama bagi para
olahragawan atau atlit. Untuk itu kita harus berhati – hati dalam berolahraga
agar tidak mengalami cedera. Sebelum berolahraga atau bermain usahakan
melakukan pemanasan terlebih dahulu, kemudian setelah selesai melakukan
pendinginan. Untuk mengurangi resiko terjadinya cedera.
Cedera olahraga
adalah cedera pada sistem integumen, otot dan rangka yang disebabkan oleh
kegiatan olahraga. Menurut penyebabnya ada 2 macam yaitu:
1.
Overuse injury
Overuse injury disebabkan oleh gerakan berulang
yang terlalu banyak dan terlalu cepat.
2.
Traumatic injury
Traumatic injury disebabkan adanya benturan
atau gerak melebihi kemampuan.
Cedera olahraga disebabkan oleh berbagai faktor antara lain kesalahan
metode latihan, kelainan struktural maupun kelemahan fisiologis fungsi jaringan
penyokong dan otot (Bahr et al. 2003).
1.
Kesalahan
Metode Latihan
Metode latihan yang salah merupakan penyebab paling sering cedera
pada otot dan sendi. Beberapa hal yang sering terjadi adalah :
a.
Tidak
dilaksanakannya pemanasan dan pendinginan yang memadai sehingga latihan fisik
yang terjadi secara fisiologis tidak dapat diadaptasi oleh tubuh.
b.
Penggunakan
intensitas , frekuensi, durasi dan jenis latihan yang tidak sesuai dengan
keadaan fisik seseorang maupun kaidah kesehatan secara umum.
c.
Prinsip
latihan overload sering diterjemahkan sebagai latihan yang didasarkan
pada prinsip “no gain no pain” serta frekuensi latihan yang sangat
tinggi. Hal ini tidak tepat mengingat rasa nyeri merupakan sinyal adanya cedera
dalam tubuh baik berupa micro injury maupun macro injury. Pada
keadaan ini tubuh tidak memiliki waktu untuk memperbaiki jaringan yang rusak
tersebut (Stevenson et al. 2000).
2.
Kelainan
Struktural
Kelainan
struktural bisa meningkatkan kepekaan seseorang terhadap cedera olah raga
karena pada keadaan ini terjadi tekanan yang tidak semestinya pada bagian tubuh
tertentu. Sebagai contoh, jika panjang kedua tungkai tidak sama, maka pinggul
dan lutut pada tungkai yang lebih panjang akan mendapatkan tekanan yang lebih
besar. Faktor biomekanika yang menyebabkan cedera kaki, tungkai dan pinggul
adalah pronasi (pemutaran kaki ke dalam setelah menyentuh tanah).
Pronasi sampai
derajat tertentu adalah normal dan mencegah cedera dengan cara membantu
menyalurkan kekuatan menghentak ke seluruh kaki. Pronasi yang berlebihan bisa
menyebabkan nyeri pada kaki, lutut dan tungkai. Pergelangan kaki sangat lentur
sehingga ketika berjalan atau berlari, lengkung kaki menyentuh tanah dan kaki
menjadi rata. Jika seseorang memiliki pergelangan kaki yang kaku, maka akan
terjadi hal sebaliknya yaitu pronasi yang kurang. Kaki tampak memiliki lengkung
yang sangat tinggi dan tidak dapat menyerap goncangan dengan baik, sehingga
meningkatkan resiko terjadinya retakan kecil dalam tulang kaki dan tungkai
(fraktur karena tekanan) (Gleim et al. 1997).
3.
Kelemahan
Otot, Tendon dan Ligamen
Jika
mendapatkan tekanan yang lebih besar daripada kekuatan alaminya, maka
otot,tendon dan ligamen akan mengalami robekan. Sendi lebih peka terhadap
cedera jika otot dan ligamen yang menyokongnya lemah. Tulang yang rapuh karena
osteoporosis mudah mengalami patah tulang (fraktkur). Latihan penguatan bisa
membantu mencegah terjadinya cedera. Satu satunya cara untuk memperkuat otot
adalah berlatih melawan tahanan, yang secara bertahap kekuatannya ditambah
(Meeuwisse 1994).
B.
Gejala
Cedera
Tanda akut cedera olahraga yang umumnya terjadi adalah tanda respon
peradanagan tubuh berupa tumor ( pembengkakaan), kalor (peningkatan suhu),
rubor (warna merah), dolor (nyeri) dan functio leissa (penurunan fungsi). Nyeri
pertama kali muncul jika serat-serat otot atau tendon yang jumlahnya terbatas
mulai mengalami robekan.Selain nyeri muncul tanda radang seperti bengkak,
kemerahan, panas dan penurunan fungsi. Pada proses lanjut tanda-tanda
peradangan tersebut akan berangsur angsur menghilang. Apabila tanda peradangan
awal cukup hebat, biasanya rasa nyeri masih dirasakan samapai beberapa hari
setelah onset cedera. Kelemahan fungsi berupa penurunan kekuatan dan
keterbatasan jangakauan gerak juga sering dijumpai (Stevenson et al. 2000).
C.
Jenis
Cedera Dan Cara Penanganannya
Menurut Bahr (2003) secara umum macam-macam cedera yang mungkin
terjadi adalah: cedera memar, cedera ligamentum, cedera pada otot dan tendo,
perdarahan pada kulit, dan pingsan. Struktur jaringan di dalam tubuh yang
sering terlibat dalam cedera olahraga adalah: otot, tendo, tulang, persendian
termasuk tulang rawan, ligamen, dan fasia.
a.
Memar
(Contusio)
Memar adalah keadaan cedera yang terjadi pada jaringan ikat dibawah
kulit. Memar biasanya diakibatkan oleh benturan atau pukulan pada kulit.
Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah,
sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya. Memar ini
menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Apabila terjadi
pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut
hermatoma (Van Mechelen et al. 1992). Nyeri pada memar biasanya ringan
sampai sedang dan pembengkakan yang menyertai sedang sampai berat. Adapun memar
yang mungkin terjadi pada daerah kepala, bahu, siku, tangan, dada, perut dan
kaki. Benturan yang keras pada kepala dapat mengakibatkan memar dan
memungkinkan luka sayat.
Penanganan Cedera Memar :
1.
Kompres
dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler.
2.
Istirahat
untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringanjaringan
lunak yang rusak.
3. Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun
pertandingan berikutnya.
b.
Cedera
pada Otot atau Tendo dan Ligamen
Menurut Van Mechelen (2004) cedera pada ligamentum dikenal dengan
istilah sprain sedangkan cedera pada otot dan tendo dikenal sebagai strain.
1.
Sprain
Sprain adalah cedera
pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi pada berbagai cabang
olahraga.” hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau
penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi. Berdasarkan Van Mechelen
(2003) berat ringannya cedera sprain dibagi menjadi tiga tingkatan,
yaitu
a) Sprain Tingkat I
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan
hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan,
pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut.
b) Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus,
tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa
sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya
tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.
c) Sprain Tingkat III
Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya
terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah
dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat
gerakan–gerakan yang abnormal.
2.
Strain
Strain adalah
kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yangberlebihan
ataupun stress yang berlebihan. Bahr (2003)membagi strain menjadi 3
tingkatan,yaitu:
a)
Strain
Tingkat I
Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi
belum sampai terjadi robekanpada jaringan otot maupun tendon.
b)
Strain
Tingkat II
Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada otot maupun
tendon. Tahap inimenimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga terjadi penurunan
kekuatan otot.
c)
Strain
Tingkat III
Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit
musculo tendineus. Biasanya hal ini membutuhkan tindakan pembedahan, kalau
diagnosis dapat ditetapkan. Adapun strain dan sprain yang mungkin
terjadi dalam cabang olahraga renang yaitu punggung, dada, pinggang, bahu,
tangan, lutut, siku, pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Penanganan Strain dan Sprain
Bahr (2003) menyatakan bebrapa hal dapat mengatasi strain dan
sprain yaitu :
(a) Sprain/strain tingkat satu pada keadaan ini,
bagian yang mengalami cedera cukup diistirahatkan untuk memberi kesempatan
regenerasi.
(b) Sprain/strain tingkat dua pada keadaan ini
penanganan yang dilakukan adalah berdasarkan prinsip RICE (Rest, Ice,
Compession and Elevation). Tindakan istirahat yang dilakukan
sebaiknya dalam bentuk fiksasi dan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan
agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk
maupun gibs. Tindakan imobilisasi dilakukan selama 3-6 minggu. Terapi dingin
yang dilakukan dilakukan pada fase awal cedera. Pada fase lanjut terapi dingin
digantikan dengan terapi panas. Pada keadaan subkronis dimana tanda tanda
peradangan sudah menurun dilakukan terapi manual berupa massage. Pada fase
akhir dapat dilakukan terapi latihan untuk memaksimalkan proses penyembuhan.
(c) Sprain/strain tingkat tiga
Pada keadaan ini, penderita diberi pertolongan pertama dengan
metode RICE dan segera diikirim kerumah sakit untuk dijahit dan menyambung
kembali robekan ligamen, otot maupun tendo.
c.
Dislokasi
Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang
seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi di
bahu, angkle (pergelangan kaki), lutut dan panggul. Faktor yang meningkatkan
resiko dislokasi adalah ligamen-ligamennya yang kendor akibat pernah mengalami
cedera, kekuatan otot yang menurun ataupun karena faktor eksternal yang berupa
tekanan energi dari luar yang melebihi ketahanan alamiah jaringan dalam tubuh
(Stevenson et al. 2000).
Penanganan Dislokasi, menurut Stevenson (2000) prinsip dasar
penanganan dislokasi adalah reposisi. Reposisi pada keadaan akut (beberapa saat
setelah cedera sebelum terjadinya respon peradangan) dapat dilakukan dengan
lebih mudah. Pada keadaan akut dimana respon peradanagan sudah terjadi,
reposisi relatif sukar untuk dilakukan. Pada keadaan ini, direkomendasikan
untuk menunggu berkurangnya respon peradangan. Pada keadaan kronis dimana
respon peradanagn sudah berkurang, reposisi dapat dilakukan dengan jalan
melemaskan kembali persendian supaya dapat dilakukan penarikan dan pergeseran
tulang dengan lebih mudah. Pelemasan jaringan persendian dapat dilakukan dengan
terapi panas maupun dengan manual therapy pada bagian proksimal dan
distal lokasi yang mengalami dislokasi. Penanganan yang dilakukan pada saat
terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan dengan cara menarik
persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang. Setelah reposisi berhasil
dilakukan, sendi tersebut difiksasi selama 3-6 minggu untuk mengurangi resiko
terjadinya dislokasi ulang. Apabila rasa nyeri sudah minimal, dapat dilakukan exercise
therapy secara terbatas untuk memperkuat struktur persendian dan
memperkecil resiko dislokasi ulang (Meeuwisse 1994).
d.
Patah
Tulang (Fraktur)
Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah
atau patah, baik pada tulang maupun tulang rawan. Bahr (2003) membagi fraktur
berdasarkan continuitas patahan, patah tulang dapat digolongkan menjadi
dua yaitu:
1. Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali.
2. Patah tulang stress, dimana tulang retak, tetapi tidak terpisah.
Sedangkan, berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari bagian luar tubuh, Bahr
(2003) membagi patah tulang manjadi:
1. Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai
kulit diatasnya dan tulang keluar.
2. Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak
menembus permukaan kulit.
Penanganan Patah Tulang :
Hal yang harus dilakukan pada keadaan patah tulang adalah
olahragawan tidak boleh melanjutkan pertandingan. Penderita harus segera
direposisi oleh tenaga medis secepat mungkin dalam waktu kurang dari lima belas
menit, sebelum terjadi respon peradangan jaringan lunak yang dapat mengganggu
proses reposisi. Setelah dilakukan reposisi bagian yang mengalami patah tulang
kemudian difiksasi dengan spalk balut tekan untuk mempertahankan kedudukan yang
baru, serta menghentikan perdarahan.
e.
Kram
Otot
Kram otot adalah kontraksi yang terus menerus yang dialami oleh
otot atau sekelompok otot dan mengakibatkan rasa nyeri. penyebab kram adalah
otot yang terlalu lelah, kurangnya pemanasan serta peregangan, adanya gangguan
sirkulasi darah yang menuju ke otot sehingga menimbulkan kejang (Parkkari et
al. 2001). Beberapa hal yang dapat menimbulkan kram antara lain adalah :
1. Kelelahan otot saat berolahraga sehingga terjadi akumulasi
sisa metabolik yang menumpuk berupa asam
laktat kemudian merangsang otot/ saraf hingga terjadi kram.
2. Kurang memadainya pemanasan serta pendinginan sehingga tubuh
kurang memiliki kesempatan untuk melakukan adaptasi terhadap latihan (Parkkari et
al. 2001).
Penanganan Kram :
Penanganan cedera pada umumnya terhadap kram otot yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Atlet diistirahatkan, diberikan semprotan chlor ethyl spray
untuk menghilangkan rasa nyeri/sakit yang bersifat lokal dan atau es.
2. Menahan otot waktu berkontraksi supaya myiosin filament dan
actin myosin dapat menduduki posisi yang semestinya sehingga kram berhenti.
Pada waktu ditahan dapat disemprot dengan chlor etyl spray, hingga hilang
rasa nyeri.
f.
Pendarahan
Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat
dari trauma pukulan atau terjatuh. Gangguan perdarahan yang berat dapat
menimbulkan gangguan sirkulasi sampai menimbulkan shocks (gangguan kesadaran)
(Van Mechelen et al. 1992).
Penanganan Pendarahan :
a) Pendarahan pada Hidung
Pada perdarahan hidung, hal yang harus dikontrol terutama adalah airway
(jalan nafas) dan breathing (pernapasan). Menurut Bahr (2003),
beberapa hal yang dapat dilakukan adalah :
(1) Penderita didudukan, batang hidung dijepit sedikit kebawah
tulang rawan hidung, dalam posisi ibu jari berhadapan dengan jari-jari yang
lain. Hal ini dilakukan kurang lebih 5 menit dengan jari tangan sementara
penderita dianjurkan bernafas melalui mulut
(2) Hidung dan mulut dibersihkan dari bekas-bekas darah. Biasanya
pendarahan akan berhasil dihentikan. Sebaiknya juga diberikan kompres dingin
disekitar batang hidung, sekitar mata hingga pipi.
(3) Bila pemijatan tidak berhasil, maka atlet harus diberi
perlotongan oleh dokter atau dibawa kerumah sakit. Pada keadaan ini kemungkinan
besar perdarahan disertai patah tulang, kadang-kadang deformitas dapat terjadi.
(4) Bila terjadi fraktur atau retak pada tulang hidung, maka untuk
menghentikan pendarahan pada hidung tidak boleh dipijit, tetapi hanya diberi
kompres dingin saja, lalu dikirim kerumah sakit. Pada keadaan ini, tidak
diperkenankan untuk meniupkan udara dari hidung dengan paksa untuk mengeluarkan
bekuan-bekuan darah, karena ini dapat menimbulkan emboli paru.
b) Pendarahan pada mulut
Seperti halnya pada perdarahan hidung, penanganan perdarahan pada
mulut harus memperhatikan aspek airway (jalan napas) dan breathing (pernapasan).
Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain adalah:
(1) Pendarahan dari bibir atau gusi dihentikan dengan penekanan
secara langsung dan kompres dingin.
(2) Apabila gigi goyang atau fraktur, gigi tidak boleh dicabut dan
atlet dikirim untuk penanganan lanjut di dokter gigi.
g.
Kehilangan
Kesadaran (Pingsan)
Pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara
dan singkat, disebabkan oleh berkurangnya aliran darah, oksigen, dan glukosa.
Hal merupakan akibat dari
(1)Aktivitas fisik yang berat sehingga mennyebabkan deposit oksigen
sementara.
(2) Pengalirandarah atau tekanan darah yang menurun karena
pendarahan hebat.
(3) Karena jatuh dan benturan Terdapat beberapa macam penyebab
pingsan yaitu:
a) Pingsan biasa (simple fainting)
Pingsan jenis ini misalnya dijumpai pada orang-orang berdiri
berbaris diterik matahari,atau orang yang anemia (kurang darah), lelah, takut,
tidak tahan melihat darah.
b) Pingsan karena panas (heat exhaustion)
Pingsan jenis ini terjadi pada orang-orang sehat bekerja ditempat
yang sangat panas.
Penanganan Kehilangan Kesadaran (Pingsan) :
(1) Mengeluarkan atau membawa olahragawan ke tempat yang tenang
dengan posisiterlentang dan kepala tanpa bantal.
(2) Melakukan pemeriksaan dengan lebih teliti lagi mengenai refleks
pupil. Jika ditemukanantara pupil mata kanan dan kiri (anisokur) ini berarti
bukan semata-mata gegar ringantetapi dalam keadaan gawat.
h.
Luka
Luka didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan dari kulit dan
jaringan dibawahnyayang mengakibatkan pendarahan yang kemudian dapat mengalami
infeksi. Seluruh tubuhmempunyai kemungkinan besar untuk mengalami luka, karena
setiap perenang akan melakukankontak langsung pada saat latihan dan bisa juga
luka karena peralatan yang dipakai. (Stevensonet al. 2000)
Penanganan Luka :
a) Luka dibersihkan dari kotoran dengan jalan dicuci dengan
hidrogen peroksida (H202) 3%yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit),
detol atau betadine, PK (kalium permangat)ataupun dengan sabun. Setelah luka
dikeringkan lalu diberikan obat-obatan yang mengandungantiseptik dan bersifat
mengeringkan luka, misalnya: obat merah, yodium tingtur, larutanbetadine pekat.
Apabila luka robek lebih dari 1cm, sebaiknya dijahit.
b) Apabila lepuhnya robek, kulit dipotong kemudian dibersihkan dan
dibebat dengan bahan yangtidak melekat. Apabila lepuh utuh dan tidak mudah
robekluk langsung dibersihkan dan dibebat
dengan bahan yang tidak melekat (Stevenson et al. 2000).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Olahraga merupakan aktivitas fisik yang menyehatkan tubuh dan
meningkatkan kekebalan tubuh, sehingga terhindar dari berbagai penyakit.
Olahraga dekat kaitannya dengan cedera, terutama bagi para olahragawan atau
atlit. Untuk itu kita harus berhati – hati dalam berolahraga agar tidak
mengalami cedera. Sebelum berolahraga atau bermain usahakan melakukan pemanasan
terlebih dahulu, kemudian setelah selesai melakukan pendinginan. Untuk
mengurangi resiko terjadinya cedera.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-24682-BAB%20I.pdf
diakses pada hari senin
tanggal 4 agustus 2014 pukul 19.00 WIB
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/CEDERA%20OLAHRAGA.pdf
diakses pada hari senin
tanggal 4 agustus 2014 pukul 18.40 WIB
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132300162/12.%20Diagnosis%20dan%20Manajemen%20Cedera%20Olahraga.pdf
diakses pada hari senin
tanggal 4 agustus 2014 pukul 18.35 WIB
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23462/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada hari senin
tanggal 4 agustus 2014 pukul 19.20 WIB
BURUAN GABUNG BERSAMA KAMI DI BOLAVITA DAN NIKMATI BERBAGAI MACAM PERMAINAN DAN BONUS MENARIKNYA
BalasHapusMINIMAL DEPOSIT Rp 50.000 SAJA. DENGAN DEPOSIT MENGGUNAKAN PULSA TIDAK DIKENAKAN POTONGAN !!
BONUS MENARIK LAINNYA :
☻ BONUS NEW MEMBER
☻ BONUS EVERYDAY
☻ BONUS REFERRAL
☻ BONUS ROLLINGAN
MENERIMA DEPOSIT DARI SELURUH BANK TERNAMA DI INDONESIA DAN E-WALLET!!
Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami via livechat ataupun :
✔ WA / TELEGRAM : +6281297392623
KLIK DISINI UNTUK MENDAFTAR BOLAVITA